Change Means Friction: Measuring and Leveraging Cognitive Conflict to Drive Behavior Change
Konflik kognitif dinilai cukup penting dalam pengambilan keputusan manusia dan konflik ini juga dapat dimanfaatkan untuk memprediksi maupun mengubah perilaku manusia.

Konflik kognitif menggambarkan keadaan mental kita saat dihadapkan pada informasi baru yang bertentangan dengan pengalaman, sikap, keyakinan, dan kebiasaan yang ada.
Key Findings
1.Konflik Kognitif:
Konflik kognitif terjadi ketika seseorang dihadapkan pada informasi baru yang bertentangan dengan pengalaman, sikap, keyakinan, dan kebiasaan yang sudah ada. Konflik ini merupakan komponen penting dalam pengambilan keputusan dan dapat mendorong pergeseran dari pilihan yang bersifat otomatis (tanpa berpikir) menjadi pilihan yang lebih sadar dan dipikirkan dengan matang.
2. Pentingnya Konflik Kognitif dalam Perubahan Perilaku:
Konflik kognitif dapat memicu individu untuk berpikir lebih dalam dan mempertimbangkan perubahan dalam perilaku mereka di masa depan. Dengan memahami dan memanfaatkan konflik kognitif, bisnis dan pembuat kebijakan dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mendorong perubahan perilaku positif.
3. Pengukuran Konflik Kognitif:
Alat seperti Decision Process Tracing dapat digunakan untuk mengukur tingkat konflik dalam pengambilan keputusan, yang pada akhirnya bisa memprediksi perubahan perilaku. Ipsos telah mengembangkan metodologi ini untuk mengukur sejauh mana seseorang mengalami konflik dalam memilih di antara 2 opsi, dan bagaimana hal ini bisa memprediksi peluang terjadinya perubahan perilaku.
4. Kasus Penggunaan:
Terdapat studi kasus, salah satunya termasuk bagaimana konflik kognitif ini mempengaruhi pemilihan brand produk dan pemilihan kandidat politik. Misalnya, dalam sebuah studi di Amerika Serikat, metode Decision Process Tracing digunakan untuk memprediksi kemungkinan seseorang berpindah dari brand sepatu olahraga yang biasa mereka beli ke brand lain setelah diberikan intervensi yang menantang preferensi brand mereka.
5. Intervensi untuk Mengubah Sikap Sosial:
Salah satu studi kasus lainnya adalah meneliti dampak intervensi pada sikap sosial, khususnya mengenai pandangan terhadap fluiditas gender. Meskipun intervensi tunggal mungkin tidak langsung mengubah sikap eksplisit, konflik kognitif yang dihasilkan dapat menunjukkan potensi perubahan sikap di masa depan.
Dengan memahami dan memanfaatkan konflik kognitif, bisnis dan pembuat kebijakan dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mendorong perubahan positif dalam perilaku konsumen, sikap sosial, dan lainnya.